Dalam film-film danais 2023 ini, hutang hanya hadir sebagai sebab. Padahal hutang adalah akibat dari sebuah perilaku. Ketika sebab dari lahirnya perilaku ini tidak dijelaskan, maka kita patut curiga.
oleh Hardiwan Prayogo
Bukan lagi hanya mata yang mengintip dunia melalui viewfinder, tetapi lebih dari itu, yaitu ada tubuh yang merespon fenomena sosial.
oleh Hardiwan Prayogo
Dekade 90-an, masyarakat mulai mempertanyakan identitas dan stabilitas nasional yang selama ini dikeramatkan oleh pemerintah orba. Situasi ini membingungkan kelas menengah yang berada di antara elit dan massa rakyat. Pada konteks inilah sinema kethoprak hadir di masyarakat.
oleh Hardiwan Prayogo
Kisah-kisah komunitas film tidak untuk dibaca sebagai romantisme perjuangan para pegiatnya, tetapi melihatnya dalam rantai kerja ekosistem film secara struktural
oleh Hardiwan Prayogo
Membaca kembali sejarah hari film nasional akan membawa kita pada berbagai pertarungan gagasan dan kepentingan yang pernah terjadi, tidak hanya soal film tapi juga soal situasi sosial politik dan imajinasi atas identitas nasional dari zaman ke zaman
oleh Hardiwan Prayogo
Ada hubungan yang cukup dalam antara bahasa sinema dengan berbagai bentuk hiburan populer dan dinamika kebijakan publik yang hidup berdampingan dengannya. Spekulasi atas bagaimana kebudayaan diambil alih dan diproduksi oleh teknologi dan kekuasaan, semestinya membawa kita untuk membicarakan persoalan yang lebih dekat daripada masa depan, yaitu hari ini.
oleh Hardiwan Prayogo
Apakah filmnya memang sengaja bernarasi seperti? Bisa jadi tidak, tetapi ya kurang lebih seperti itulah salah satu kerja kritikus film. Membuka tabir dan tafsir ‘baru’ atas suatu karya.
oleh Hardiwan Prayogo
Babi Buta Yang Ingin Terbang menampilkan rangkaian ketidak-logisan bahasa, yang artinya bahasa sinematik (baik audio maupun visual) berdiri secara mandiri, namun tidak dalam artian saling tidak mendukung.
oleh Cinemartani
