Film menjadi tafsir yang unik atas realitas. Film Indonesia berjudul Babi Buta yang Ingin Terbang (2006), disutradarai oleh Edwin, fokus ceritanya pada representasi keluarga keturunan Tionghoa di Indonesia yang gamang pada identitasnya sendiri. Penelitian ini menganalisis aspek tekstual dan kontekstual film, yang pertama akan melihat aspek audio dalam presentasi sinematik, yang kedua akan membaca presentasi naratif yaitu perwujudan Tionghoa di Indonesia di dalam film tersebut.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana aspek elemen audio bekerja dalam presentasi sinematik pada film Babi Buta Yang Ingin Terbang? Apa potensi tafsir yang lahir dari presentasi sinematik tersebut? (2) Mengapa film Babi Buta Yang Ingin Terbang lahir, dan bagaimana membaca film Babi Buta Yang Ingin Terbang sebagai representasi dari gerakan ekspresi diri dari komunitas Tionghoa dalam perspektif Deleuzian?
Kedua rumusan masalah tersebut diwacanakan dengan Teori Deleuzian yang terdiri dari movement-image dan time-image, dan kemudian Chaos and Territory dari Gilles Deleuze. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi dalam kajian seni yang berimbang antara tekstual dan kontekstual, terutama dalam studi kasus film sebagai sebuah gerakan ekspresi diri dan sebagai buah dari gagasan atas realitas, khususnya terkait realitas masyarakat Tionghoa.
Babi Buta Yang Ingin Terbang menampilkan rangkaian ketidak-logisan bahasa, yang artinya bahasa sinematik (baik audio maupun visual) berdiri secara mandiri, namun tidak dalam artian saling tidak mendukung. Film ini menunjukkan bagaimana seni menjadi medium refleksi, bagi pencipta, penonton, termasuk peneliti. Edwin dengan pengalamannya sebagai Tionghoa diwujudkan dengan eksperimen bahasa filmis-nya, penonton dalam interaksi emosionalnya, dan peneliti yang melihat potensi pengetahuan dari film sebagai wantah atas fenomena sosial dalam kerja sinematik dan naratif.
Kata Kunci: Audio dalam Film, Movement-Image, Time-Image, Deleuzian, Konstruksi Identitas, Tionghoa